Siklon tropis
merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis
mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang
umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C. Angin
kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63
km/jam.
Secara teknis, siklon
tropis didefinisikan sebagai sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala
sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif
dan kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot pada lebih dari
setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.
Kadangkala di pusat
siklon tropis terbentuk suatu wilayah dengan kecepatan angin relatif rendah dan
tanpa awan yang disebut dengan mata siklon. Diameter mata siklon bervariasi
mulai dari 10 hingga 100 km. Mata siklon ini dikelilingi dengan dinding mata,
yaitu wilayah berbentuk cincin yang dapat mencapai ketebalan 16 km, yang
merupakan wilayah dimana terdapat kecepatan angin tertinggi dan curah hujan
terbesar.
Masa hidup suatu
siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari. Karena energi siklon
tropis didapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan melemah atau punah
ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki
daratan.
Siklon tropis dikenal
dengan berbagai istilah di muka bumi, yaitu "badai tropis" atau
"typhoon" atau "topan" jika terbentuk di Samudra Pasifik
Barat, "siklon" atau "cyclone" jika terbentuk di sekitar
India atau Australia, dan "hurricane" jika terbentuk di Samudra
Atlantik.
Kecepatan Angin Maksimum
Yang dimaksud dengan
kecepatan angin maksimum adalah angin permukaan rata-rata 10 menit tertinggi
yang terjadi di dalam wilayah sirkulasi siklon. Angin dengan kecepatan
tertinggi ini biasanya terdapat di wilayah cincin di dekat pusat siklon, atau
jika siklon ini memiliki mata, berada di dinding mata.
Ukuran Siklon Tropis
Ukuran siklon tropis
menyatakan diameter wilayah yang mengalami gale force wind. Ukuran siklon
tropis bervariasi. mulai dari 50 km (Cyclone Tracy, 1977) hingga 1100 km
(Typhoon Tip, 1979).
Daerah pertumbuhan
siklon tropis mencakup Atlantik Barat, Pasifik Timur, Pasifik Utara bagian
barat, Samudera Hindia bagian utara dan selatan, Australia dan Pasifik Selatan.
Sekitar 2/3 kejadian siklon tropis terjadi di belahan bumi bagian utara.
Sekitar 65% siklon tropis terbentuk di daerah antara 10° - 20° dari ekuator,
hanya sekitar 13% siklon tropis yang tumbuh diatas daerah lintang 20° , sedangkan
di daerah lintang rendah (0° - 10°) siklon tropis jarang terbentuk.
Daerah Pertumbuhan
Daerah pertumbuhan
siklon tropis dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) wilayah. Ini mencakup wilayah
lautan di seluruh dunia.
Tabel:
Daerah pertumbuhan siklon tropis di seluruh dunia
Nomor
|
Nama Daerah Pertumbuhan
|
Luasan Wilayah
|
1
|
Atlantik Utara
|
Samudra Atlantik Utara, Laut
Karibia dan Teluk Meksiko
|
2
|
Pasifik Timur Laut
|
Amerika Utara hingga 180° BT
|
3
|
Pasifik Barat Laut
|
Sebelah Barat 180° BT, termasuk
Laut Cina Selatan
|
4
|
Hindia Utara
|
Teluk Benggala dan Laut Arab
|
5
|
Hindia Selatan
|
Samudra Hindia Selatan sebelah
Barat 100° BT
|
6
|
Hindia Tenggara / Australia
|
Bumi Belahan Selatan 100 - 142° BT
|
7
|
Pasifik Barat Daya / Australia
|
Bumi Belahan Selatan sebelah Timur
142° BT
|
Proses Terbentuknya Siklon Tropis
Seperti
namanya, siklon tropis tumbuh diperairan disekitar daerah tropis, terutama yang
memiliki suhu muka laut yang hangat.
Jumlah
siklon tropis yang tumbuh dibelahan bumi utara rata-rata 57.3 kejadian dalam
satu tahun dan dibelahan bumi selatan rata-rata 26.3 siklon tropis dalam
setahun (berdasarkan data tahun 1968 - 1989).
Siklon
tropis dapat terbentuk dengan persyaratan berikut ini:
1. Suhu
permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60 meter
2. Kondisi
atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus.
Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur, dan merupakan penanda wilayah
konvektif kuat, adalah penting dalam perkembangan siklon tropis.
3. Atmosfer
yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini merupakan
atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat
mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon.
4. Berada
pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari katulistiwa. Meskipun memungkinkan,
siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
5. Gangguan
atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar yang disertai
dengan pumpunan angin.
6. Perubahan
kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin
yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur.
Siklus Hidup Siklon Tropis
Siklon tropis
mempunyai daur hidup mulai dari proses pembentukannya hingga saat kepunahannya.
Siklus hidup siklon tropis dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu :
1.
Tahap pembentukan
Ditandai dengan
adanya gangguan atmoster. Jika dilihat dari citra satelit cuaca, gangguan ini
ditandai dengan wilayah konvektif dengan awan-awan cumulonimbus. Pusat
sirkulasi seringkali belum terbentuk, namun kadangkala sudah nampak pada ujung
sabuk perawanan yang membentuk spiral.
2.
Tahap belum matang
Pada tahap ini
wilayah konvektif kuat terbentuk lebih teratur membentuk sabuk perawanan
melingkar (berbentuk spiral) atau membentuk wilayah yang bentuknya relatif
bulat. Intensitasnya meningkat secara simultan ditandai dengan tekanan udara
permukaan yang turun mencapai kurang dari 1000 mb serta kecepatan angin
maksimum yang meningkat hingga mencapai gale force wind (kecepatan angin ≥ 34
knot atau 63 km/jam). Angin dengan kecepatan maksimum terkonsentrasi pada
cincin yang mengelilingi pusat sirkulasi. Pusat sirkulasi terpantau jelas dan
mulai tampak terbentuknya mata siklon.
3.
Tahap matang
Pada tahap matang,
bentuk siklon tropis cenderung stabil. Tekanan udara minimum di pusatnya dan
angin maksimum di sekelilingnya yang tidak banyak mengalami fluktuasi berarti.
Sirkulasi siklonik dan wilayah dengan gale force wind meluas, citra satelit
cuaca menunjukkan kondisi perawanan teratur dan lebih simetris. Pada siklon
tropis yang lebih kuat dapat jelas terlihat adanya mata siklon. Fenomena ini
ditandai dengan wilayah bersuhu paling hangat di tengah-tengah sistem perawanan
dengan angin permukaan yang tenang dan dikelilingi oleh dinding perawanan konvektif
tebal di sekelilingnya (dinding mata). Kecuali jika siklon tropis berada di
wilayah yang sangat mendukung perkembangannya, tahap matang biasanya hanya
bertahan selama kurang lebih 24 jam sebelum intensitasnya mulai melemah.
4.
Tahap pelemahan
Pada tahap punah,
pusat siklon yang hangat mulai menghilang, tekanan udara meningkat dan wilayah
dengan kecepatan angin maksimum meluas dan melebar menjauh dari pusat siklon.
Tahap ini dapat terjadi dengan cepat jika siklon tropis melintas di wilayah
yang tidak mendukung bagi pertumbuhannya, seperti misalnya memasuki wilayah
perairan lintang tinggi dengan suhu muka laut yang dingin atau masuk ke
daratan. Dari citra satelit dapat terlihat jelas bahwa wilayah konvektif siklon
tropis tersebut berkurang, dan sabuk perawanan perlahan menghilang.
Waktu rata-rata yang
dibutuhkan sebuah siklon tropis dari mulai tumbuh hingga punah adalah sekitar 7
(tujuh) hari, namun variasinya bisa mencapai 1 hingga 30 hari.
Perbedaan Antara
Siklon, Tornado, Puting Beliung & Water Spout
Siklon,
tornado, puting beliung dan water spout sama-sama merupakan pusaran atmosfer.
Namun demikian, ukuran diameter tornado, puting beliung dan water spout
sama-sama berkisar pada ratusan meter, sedangkan ukuran diameter siklon dapat
mencapai ratusak kilometer. Tornado terjadi di atas daratan, sedangkan siklon
tropis di atas lautan luas. Siklon tropis yang memasuki daratan akan melemah
dan kemudian mati. Puting beliung merupakan sebutan lokal untuk tornado skala
kecil yang terjadi di Indonesia, dan water spout merupakan tornado yang terjadi
di atas perairan, (dapat berupa danau maupun laut).
Perbedaan
siklon dan tornado dapat dilihat pada tabel berikut:
Kriteria
|
Siklon
|
Tornado
|
Daerah tumbuhnya
|
Di laut, umumnya di atas lintang 10 derajat utara maupun selatan
|
Di darat. Tornado yang terjadi di perairan disebut water spout
|
Arah gerak
|
Untuk siklon di bumi belahan selatan umumnya bergerak ke arah
barat atau barat daya, sedangkan untuk siklon di bumi belahan utara umumnya
bergerak ke arah barat atau barat laut.
|
Arah pergerakannya tergantung pada arah gerak badai guntur
(thunderstorm) pembentuknya.
|
Ukuran diameter
|
ratusan meter.
|
Ratusan kilometer.
|
Lama hidupnya
|
1 - 30 hari, dengan rata-rata 3 - 8 hari.
|
3 menit hingga lebih dari satu jam.
|
Siklon Tropis,
Badai Tropis, Hurricane & Typhoon
Badai tropis
merupakan kata lain siklon tropis. Hurricane merupakan sebutan bagi siklon
tropis di Samudra Pasifik Selatan, Samudra Pasifik Timur Laut dan Samudra
Atlantik Utara yang mempunyai kecepatan angin maksimum lebih dari 64 knot (119
km/jam). Sedangkan typhoon atau topan adalah hurricane yang terjadi di Samudra
Pasifik Barat Laut.
Musim Siklon di
Sekitar Indonesia
Apakah
Indonesia Dilalui oleh Siklon Tropis?
Menurut
klimatologinya, wilayah Indonesia yang terletak di sekitar garis katulistiwa
termasuk wilayah yang tidak dilalui oleh lintasan siklon tropis. Namun demikian
banyak juga siklon tropis yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia, dan
memberikan dampak tidak langsung pada kondisi cuaca di Indonesia. Contohnya saja,
siklon tropis Rosie (2008) yang terbentuk di sebelah barat Banten, siklon
tropis Kirrily yang terbentuk di sekitar Kepulauan Aru, siklon tropis Inigo,
yang pada saat masih berupa bibit siklon sempat melintasi Nusa Tenggara dan
badai tropis Vamei (2001), yang diklaim sebagai badai tropis yang terbentuk
paling dekat dengan katulistiwa yaitu di sekitar semenanjung Malaka, tepatnya
pada koordinat 1.5° LU.
Dengan
menggunakan data tahun 1964 hingga 2005 untuk kejadian siklon tropis di wilayah
Samudra Hindia Tenggara dan tahun 1951 hingga 2006 untuk kejadian siklon tropis
di wilayah Pasifik Barat Laut, telah dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
gambaran kejadian siklon tropis di wilayah dekat Indonesia terutama di wilayah
antara 90° hingga 150° BT dan 30° LS hingga 30° LU.
Siklon Tropis di Sebelah Selatan Indonesia
Untuk
siklon-siklon tropis di wilayah dekat Indonesia dengan histori data selama 42
tahun diketahui bahwa di sebelah Selatan siklon tropis terbanyak terjadi pada
bulan Februari yaitu 23% kejadian dalam sebulan. Disusul kemudian dengan bulan
Maret (22%), Januari (21%), Desember (14%) dan April (11%).
Namun
demikian pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September diketahui merupakan
bulan-bulan yang selama 42 tahun hampir tidak terdapat kejadian siklon tropis
sama sekali.
Siklon
tropis di wilayah ini paling sering terjadi pada bulan Februari yaitu 122
kejadian selama 42 tahun, dengan rata-rata kejadian mencapai 2,9 kejadian per
tahun. Pada bulan ini kejadian siklon tropis terbanyak dialami pada tahun 1968
dimana pada saat itu terjadi 7 (tujuh) kali kejadian siklon tropis. Namun
demikian ada saatnya pula di bulan Februari tidak terdapat satupun kejadian
siklon tropis seperti pada tahun 1967, 1990 dan 2002.
Bulan
Desember yang merupakan bulan teraktif kedua, selama 42 tahun terdapat 76
kejadian siklon tropis dengan nilai rata-rata sebesar 1,8 kejadian per tahun.
Kondisi ekstrim pernah dialami pada tahun 1973 dimana terdapat 6 kali kejadian
siklon tropis dalam satu bulan.
Pada bulan
Juni dan Agustus terjadi frekuensi terkecil dimana selama 42 tahun tidak pernah
sekalipun terdapat adanya kejadian siklon tropis.
Siklon tropis di sebelah utara Indonesia
Dengan data
histori yang lebih panjang (56 tahun), diketahui bahwa wilayah dekat Indonesia
sebelah Utara siklon tropis terbanyak terjadi pada bulan Agustus dimana 20%
siklon tropis terjadi pada bulan ini. Disusul kemudian dengan bulan September
(18%), Juli dan Oktober (15%).
Di bulan
Agustus, dengan rata-rata kejadian sebanyak 5,2 kali siklon tropis per tahun,
kondisi ekstrim maksimum pernah terjadi pada tahun 1960 (13 kali kejadian
siklon tropis dalam sebulan) dan kondisi ekstrim minimum terjadi di tahun 1980
(hanya terjadi 2 kali kejadian siklon tropis dalam sebulan). Dan sebaliknya
dengan jumlah kejadian terkecil 13 kali dalam 56 tahun, bulan Februari
mengalami kejadian ekstrim maksimum pada tahun 1967 dan 1976 dengan 2 kali
kejadian siklon tropis dan pada 45 tahun lainnya tidak mengalami siklon tropis
sama sekali.
Pada bulan
Agustus yang merupakan bulan paling sibuk bagi pertumbuhan siklon tropis di
wilayah ini, dari 323 kejadian terdapat 107 kejadian yang berkembang menjadi
badai tropis dan 81 diantaranya berkembang lebih jauh menjadi hurricane. Di
bulan Februari yang merupakan bulan dengan jumlah kejadian siklon tropis paling
sedikit (13 kejadian), hanya terdapat satu siklon tropis yang berkembang
menjadi hurricane.
Dampak Siklon
Tropis
Karena
ukurannya yang sangat besar serta angin kencang dan gumpalan awan yang
dimilikinya, siklon tropis menimbulkan dampak yang sangat besar pada
tempat-tempat yang dilaluinya. Dampak ini bisa berupa angin kencang, hujan
deras berjam-jam, bahkan berhari-hari yang dapat mengakibatkan terjadinya
banjir, gelombang tinggi, dan gelombang badai (storm surge).
Siklon
tropis di laut dapat menyebabkan gelombang tinggi, hujan deras dan angin
kencang, mengganggu pelayaran internasional dan berpotensi untuk menenggalamkan
kapal. Siklon tropis dapat memutar air dan menimbulkan gelombang laut yang
tinggi. Di daratan, angin kencang dapat merusak atau menghancurkan kendaraan,
bangunan, jembatan dan benda-benda lain, mengubahnya menjadi puing-puing
beterbangan yang mematikan. Gelombang badai (storm surge) atau peningkatan
tinggi permukaan laut akibat siklon tropis merupakan dampak yang paling buruk
yang mencapai daratan.
Menurut
sejarah, 90% siklon tropis mematikan. Perputaran siklon tropis yang mencapai
daratan dan vertical wind shear di sekelilingnya akan menghasilkan tornado.
Tornado dapat juga dihasilkan sebagai akibat dari vortisitas di dinding mata
siklon yang tetap bertahan hingga mencapai daratan.
Dampak Langsung
Yang
dimaksud sebagai dampak langsung siklon tropis adalah dampak yang ditimbulkan
oleh siklon tropis terdapat daerah-daerah yang dilaluinya. Ini dapat berupa
gelombang tinggi, gelombang badai atau storm surge yang berupa naiknya tinggi
muka laut seperti air pasang tinggi yang datang tiba-tiba, hujan deras serta
angin kencang.
Contoh
ketika suatu wilayah di Indonesia mengalami dampak langsung keberadaan siklon
tropis adalah ketika terjadi peristiwa langka yaitu tumbuh siklon tropis
Kirrily di atas Kepulauan Kai, Laut Banda, pada 27 April 2009. Kirrily
menyebabkan hujan lebat dan storm surge di wilayah ini. Tercatat puluhan rumah
rusak dan puluhan lainnya terendam, jalan raya rusak, dan gelombang tinggi
terjadi dari 26 hingga 29 April. Curah hujan tercatat per 24 jam yang tercatat
adalah di Tual adalah sebanyak 20mm, 92mm dan 193mm, masing-masing untuk
tanggal 27, 28 dan 29 April 2009.
Dampak Tidak
Langsung
Indonesia
bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, namun demikia keberadaan siklon
tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat
Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi
pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon
tropis inilah yang kemudian menjadikan siklon tropis memberikan dampak tidak
langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.
Dampak tidak
langsung atas adanya siklon tropis dapat berupa berbagai hal, diantaranya
yaitu:
1.
Daerah
pumpunan angin.
Siklon
tropis yang terbentuk di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat
Australia seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pumpunan angin di
sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut
Arafuru. Pumpunan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak
awan-awan konvektif penyeab hujan lebat di daerah tersebut.
Dilihat
dari citra satelit, daerah pumpunan angin terlihat sebagai daerah memanjang
yang penuh dengan awan tebal yang terhubung dengan perawanan siklon tropis,
sehingga terlihat seolah-olah siklon tropis tersebut mempunyai ekor. Itulah
sebabnya daerah pumpunan angin ini seringkali disebut sebagai ekor siklon
tropis.
Contoh
kasus ketika Indonesia terkena ekor siklon tropis adalah pada saat terjadi
siklon tropis George (2 Maret 2007) yang mengakibatkan adanya daerah pumpunan
angin yang memanjang dari Jawa TImur hingga ke Nusa Tenggara Timur. Curah hujan
yang tercatat pada saat itu di Ruteng, Waingapu, Rote, Kupang berturut-turut
adalah sebanyak 172 mm, 52 mm, 78 mm, 73 mm.
Daerah pumpunan angin yang terbentuk oleh Siklon George (2007),
membentuk ekor siklon yang menambah intensitas hujan di Jawa Timur hingga NTT.
2.
Daerah
belokan angin
Adanya
siklon tropis di perairan Samudra Hindia Tenggara kadangkala menyebabkan
terbentuknya daerah belokan angin di sekitar Sumatra bagian Selatan atau Jawa
bagian Barat. Daerah belokan angin ini juga dapat mengakibatkan terbentuknya
lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut.
3.
Daerah
defisit kelembaban
Bersamaan
dengan adanya siklon tropis di perairan sebelah utara Sulawesi atau di Laut
Cina Selatan seringkali teramati bersamaan dengan berkurangnya curah hujan di
wilayah Sulawesi bagian utara atau Kalimantan. Meskipun belum ada penelitian
lebih lanjut, namun ditengarai bahwa fenomena ini disebabkan karena siklon
tropis tersebut menyerap persediaan udara lembab yang terdapat dalam radius
tertentu di sekitarnya, termasuk yang terkandung di atmosfer di atas Kalimantan
dan Sulawesi bagian utara sehingga di wilayah ini justru udaranya kering dan
kondisi cuacanya cenderung cerah tak berawan.
Nama Siklon
Tropis
Tiap siklon
tropis memiliki nama masing-masing. Di Samudra Atlantik dan di sekitar Australia,
siklon tropis diberi nama seperti nama manusia. Misalnya, ada siklon tropis
Andrew yang pernah menyapu bersih pantai Florida pada tahun 1992, atau siklon
tropis Tracy yang meratakan 80% pemukiman di Darwin pada tahun 1998. Di Samudra
Pasifik Barat, nama siklon tropis bisa lebih bervariasi seperti misalnya siklon
tropis Anggrek (nama bunga), Durian (nama buah), Nuri (burung parkit bermahkota
biru), Halong (nama teluk di Vietnam), Mekhala (bidadari guntur), Bavi (nama
deretan pegunungan di Vietnam bagian Utara), hingga Fengshen (dewa angin).
Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis
(TCWC)
Tujuan utama dari
sebuah sistem peringatan dini siklon tropis adalah untuk meminimalkan korban
jiwa dan harta benda serta masalah yang diakibatkan oleh siklon tropis dengan
menyediakan peringatan dini yang akurat dan tepat waktu bagi komunitas yang
terancam.
Dalam sistem
peringatan dini siklon tropis ada 4 (empat) pihak yang memiliki peranan yang
besar, yaitu :
1.
Lembaga meteorologi yang mengeluarkan peringatan dini
2.
Media (cetak maupun elektronik) yang menyebarluaskan peringatan dini
3.
Instansi yang menangani masalah bencana baik di tingkat pusat maupun
daerah
4.
Masyarakat yang terancam oleh bencana alam tersebut
Skema alur informasi
sistem peringatan dini siklon tropis dan proses umum penerbitan peringatan dini
siklon tropis dapat dilihat pada gambar berikut :
Oleh karena siklon
tropis sangat berbahaya, di seluruh dunia tersebar berbagai pusat peringatan
dini siklon tropis (Tropical Cyclone Warning Centre) yang bertugas untuk memonitor
setiap kejadian siklon tropis. Di setiap tempat, monitoring ini berjalan setiap
hari selama 24 jam tanpa henti dengan menggunakan berbagai teknologi mulai dari
satelit, radar, stasiun-stasiun pengamatan dengan ataupun tanpa awak. Tujuannya
adalah untuk mengetahui tempat tumbuhnya siklon tropis, pergerakannya dan
kekuatannya.
Selain itu,
pusat-pusat peringatan dini ini juga bertugas untuk memberi informasi dan
peringatan dini serta menyebarkan informasi tersebut ke wilayah-wilayah yang
terkena dampaknya.
Di dalam kerangka
internasional, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melalui Tropical Cyclone
Program (TCP) telah membuat suatu sistem peringatan dini siklon tropis, dimana
pada tiap daerah pertumbuhan siklon tropis terdapat pusat-pusat peringatan dini
siklon tropis.
Tropical Cyclone
Program WMO (WMO/TCP) bertujuan untuk mendorong dan mengkoordinir perencanaan
dan implementasi tindakan mitigasi bencana yang diakibatkan oleh siklon tropis
di seluruh dunia. Karena tidak semua wilayah dipengaruhi oleh siklon tropis dan
struktur regional tidak selalu bertepatan dengan basin siklon tropis, TCP
mendirikan komite siklon tropis yang meluas hingga ke badan-badan regional.
Komite ini juga meliputi beberapa samudra yang merupakan lokasi pertumbuhan
siklon tropis. Petunjuk teknis dibuat untuk menjalankan program siklon tropis
ini. Petunjuk teknis tersebut antara lain berisi informasi seperti: tugas
stasiun, alamat-alamat, telepon dan nomor telekomunikasi lain, prosedur
telekomunikasi, terminologi, definisi, prosedur, konvensi penamaan siklon
tropis, unit konversi, koordinasi, persyaratan analisis, diseminasi dan
observasi radar dan satelit, pengintaian pesawat terbang, dan susunan kalimat
dalam warning. Melalui WMO/TCP telah dibuat suatu standarisasi prosedural yang
patut dipertimbangkan dalam pelaksanaannya di badan-badan regional.
Pada dasarnya ada 2
(dua) jenis peringatan dini siklon tropis, yaitu peringatan dini untuk wilayah
daratan dan perairan pantai, serta peringatan dini untuk laut lepas (kadang
dikenal juga sebagai marine warning). Setiap negara anggota badan regional
biasanya bertanggung jawab untuk membuat peringatan dini di wilayah daratan dan
perairan pantai masing-masing. Sedangkan untuk peringatan dini laut lepas telah
ditunjuk beberapa pusat peringatan dini siklon tropis (Tropical Cyclone Warning
Centre, TCWC), dimana tiap TCWC telah memiliki daerah tanggung jawabnya
masing-masing.
Nama
|
Wilayah Tanggung Jawab
|
WMO/Regional Association I (RA I)
Tropical Cyclone Committee
|
Samudra Hindia Selatan
|
WMO/Regional Association IV (RA IV)
Hurricane Committee
|
Samudra Atlantik Utara, Laut
Karibia, Teluk Meksiko dan Pasifik Utara bagian Timur
|
WMO/Regional Association V (RA V)
Tropical Cyclone Committee
|
Samudra Pasifik Selatan dan Samudra
Hindia Tenggara
|
WMO/ESCAP Panel on Tropical
Cyclones
|
Teluk Benggala dan Laut Arab
|
WMO/ESCAP Typhoon Committee
|
Jepang dan Asia Tenggara
|
Jakarta TCWC
Early Detection for a Better Life
"Tujuan
umum sistem peringatan dini siklon tropis adalah meminimalkan korban jiwa dan
harta akibat bencana alam yang disebabkan oleh siklon tropis melalui penyediaan
peringatan dini yang tepat waktu dan akurat bagi masyarakat yang terancam
bahaya."
Sejarah singkat TCWC Indonesia
Indonesia
merupakan anggota Regional Association V Tropical Cyclone Committee (RA-V TCC),
sebuah komite internasional di bawah Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Komite
ini dibentuk pada sidang RA V-IX tahun 1986 yang lalu memutuskan pengoperasian
pusat-pusat peringatan dini siklon tropis di seluruh dunia. Dan pada pertemuan
ini Indonesia mendapat kewajiban untuk memberikan peringatan dini siklon tropis
pada daerah tanggung jawabnya, yaitu 90° - 125° BT, 0° - 10° LS
Pada sidang
RA V-XII tahun 1998 diputuskan bahwa untuk sementara waktu tanggung jawab
pembuatan peringatan dini siklon tropis untuk daerah tanggung jawab Indonesia
diambil alih oleh Australia (interim arrangement), sampai suatu saat ketika
Indonesia memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab
tersebut.
Pada sidang
RA V TCC tahun 2006 diputuskan bahwa Indonesia akan mengambil alih kembali
daerah tanggung jawabnya pada musim siklon 2007/2008. TCWC Jakarta mulai resmi
beroperasi pada tanggal 24 Maret 2008.
Pengoperasian TCWC Jakarta
1.
Latar
belakang
o Tanggung jawab internasional
Berdasarkan WMO Tropical Cyclone Operational Plan for South
Pasific and South East Indian Ocean (TCP-24) edisi 2006, bahwa Indonesia harus
mengoperasikan TCWC Jakarta untuk area 90° - 125° BT, 0 - 10° LS mulai musim
siklon tropis 2007/2008.
o Kebutuhan internal BMKG
Meskipun Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis,
namun keberadaan siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia (Pasifik Barat Daya
dan Samudra Hindia bagian Tenggara) turut berperan dalam pembentukan pola cuaca
di wilayah Indonesia.
2.
Tugas
dan tanggung jawab
o tanggung jawab internasional untuk
mengeluarkan dan menyebarluaskan informasi dan peringatan dini laut lepas (High
Seas Warning) pada daerah tanggung jawab TCWC jakarta (90° - 125° BT, 0° - 10°
LS)
o mengeluarkan dan menyebarluaskan informasi
dan peringatan dini siklon tropis dan cuaca buruk yang diakibatkannya bagi
masyarakat di seluruh daratan dan pantai indonesia
3.
Aktivitas
harian
o monitoring harian siklon tropis di sekitar
indonesia;
o mengeluarkan serta menyebarluaskan
informasi dan peringatan dini cuaca terkait dengan siklon tropis;
o memberikan pemahaman bagi masyarakat luas
mengenai siklon tropis dan dampak yang ditimbulkannya melalui kegiatan
pendidikan publik;
o penyusunan modul-modul untuk keperluan
pelatihan prakirawan dan pendidikan di Akademi Meteorologi dan Geofisika
jakarta; dan
o penelitian mengenai siklon tropis dan
pengembangan sistem penyelenggaraan TCWC Jakarta
Daftar Pustaka
Khotimah,
M.K. Siklon Dekat Ekuator.
Khotimah,
M.K., 2008. Klimatologi Siklon Tropis Di Sekitar Indonesia. Buletin Meteorologi
dan Geofisika.
Khotimah,
M.K., A. F. Radjab, M. Budiarti. 2009. Siklon Tropis Kirrily: Anomali di Dekat
Ekuator. Buletin Meteorologi dan Geofisika. April 2009.
Laporan
Kegiatan Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta 2007.
Laporan
Tahunan 2008 Jakarta Tropical Cyclone Warning Center BMKG.
Operational
Directive Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta 2010. V.1.0 Januari
2010.
WMO.
Technical Document WMO/TD-No.292 Tropical Cyclone Programme Report No. TCP-24
Tropical Cyclone Operational Plan For The South Pasific and South-East Indian
Ocean 2008 edition.